Assalamualaikum wrwb
Jumpa lagi bersama saya Zulfahmi,S.Pd.,Gr. Sekarang saya adalah calon guru penggerak angkatan IV Kabupaten Nagan Raya Provinsi Aceh. Terima kasih saya ucapkan sebesar-besarnya kepada fasilitator saya bapak Supomo,S.Pd,M.Si yang selalu membimbing dan memberikan semangat sehingga saya selalu termotivasi untuk menyelesaikan program guru penggerak yang tengah saya jalani sekarang. Kepada pengajar praktik saya Bu Rita handayani,S.Pd yang juga selalu memberikan support dan bimbingan juga menjadi teman diskusi ketika pedampingan individu di sekolah saya. yang saya banggakan 24 CGP kabupaten Nagan Raya yang selalu semangat mengikuti kegiatan ini.
Kali ini saya akan menulis mengenai koneksi antar materi yang menjadi tugas saya di modul 3.1.a.9. semoga sahabat yang membaca ini juga termotivasi untuk mengikuti program guru penggerak.
- Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Terdapat tiga unsur penting dalam Patrap Triloka, yaitu: (1) Ing ngarsa sung tulada (2) Ing madya mangun karsa (3) Tut wuri handayani. Ing ngarsa sung tulada mempunyai arti Guru sebagai seorang pemimpin bagi muridnya harus mampu memberikan sari tauladan yang baik.Keteladanan menjadi sebuah hal yang penting karena akan berpengaruh pada tingkat kepercayaan murid-murid terhadap guru.
Ing madya
mangun karsa mempunyai arti guru (pemimpin pembelajaran) harus mampu bekerja
sama dengan murid-muridnya, Sehingga pembelajaran yang dilakukan akan
terasa mudah atau ringan dan akan semakin mempererat hubungan antara guru
dengan murid, namun tidak melanggar etika jalur pendidikan Terakhir Tut Wuri
Handayani yang artinya guru harus memberi kesempatan kepada murid untuk maju
dan berkembang. guru harus mampu mendorong kinerja murid untuk terus
berkembang dan maju serta mampu mengambil keputusan-keputusan yang tepat untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya.
- Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Setiap guru harus mempunyai nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya. nilai-nilai positif tersebut kemudian akan mampu mempengaruhi dirinya sendiri , rekan sejawat, dan tentunya akan berpihak kepada murid.
ada nilai-nilai guru penggerak yang harus tertanam dalam diri seorang calon guru penggerak, nilai-nilai tersebut adalah mandiri, kolaboratif, inovatif, reflektif dab berpihak kepada murid. dengan adanya kelima nilai tersebut maka kita akan mampu mengambil setiap keputusan dengan sangat bijaksana.
kita sebagai seorang guru tentu akan dihadapkan pada sebuah dilema etika atau bujukan moral, bila kita tidak mempunyai nilai-nilai yang saya sebutkan di atas maka ada kemungkinan salah langkah dalam setiap pengambilan keputusan. Nilai-nilai positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid adalah perwujudan dari pengimplementasian kompetensi social emosional kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran social dan keterampilan berinteraksi social dalam mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.
- Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.?
Salah satu modul yang paling menarik dan sangat penting dalam pendidikan guru penggerak ini menurut saya adalah "Coaching". coaching adalah ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. dalam modul coaching tersebut yang digunakan adalah model TIRTA yang mana adalah akronim dari T = tujuan, I = identifikasi R=rencana aksi, TA=tanggung jawab. dalam praktik coaching model TIRTA ini ada couch dan cauchee, coach berperan sebagai pendengar dan pemantik dengan pertanyaan-pertanyaan yang diberikannya yang kemudian coachee akan menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapinya.
Konsep coaching model TIRTA ini tentu sangat ideal dengan konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil. kedepannya kedua konsep ini akan selalu saya gunakan untuk dapat menghasilkan pengambilan keputusan yang efektif dan dapat dipertanggung jawabkan.
- Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya tentu sangat berpengaruh dalam setiap pengambilan keputusan. guru harus mampu mewadahi perbedaan minat dan gaya belajar juga profil belajar anak. dengan begitu, murid-murid akan merasakan merdeka belajar yang digaungkan oleh pembuat kebuijakan.
- Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.
Seorang pendidik akan selalu dihadapkan dengan berbagai study kasus yang akan dialaminya selama berada dilingkungan sekolah. Maka seorang pendidik dalam setiap studi kasus yang dihadapinya harus mengutamakan kepentingan murid. Pendidik yang bijaksana akan mampu melihat setiap studi kasus yang dialaminya itu apakah dilema etila atau bujukan moral.
Seperti kita tahu bersama, Nilai-nilai yang dianut oleh Guru
Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada
anak didik. Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan
masalah moral atau etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir
kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak
khususnya peserta didik.
Seorang pendidik tentu akan mengalami kasus-kasus yang berhubungan
dengan masalah moral dan etika. Setiap kasus tersebut tentu tidak akan mengubah
nilai-nilai yang dianutnya. Jika nilai yang dianutnya adalah nilai-nilai yang
positif tentu akan ada keputusan yang tepat, begitu juga sebaliknya, bila
keputusan tersebut tidak tepat maka itu hanya kebenaran untuk dirinya sendiri
dan bukan kepentingan banyak orang.
- Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?
pengambilan keputusan yang tepat mengenai dilema etika dan bujukan moral hanya dapat dicapai dengan 9 langkah pengambilan pengambilan dan pengujian keputusan. bila dalam setiap study kasus ketiga di uji dan memenuhi 9 langkah tersebut maka bisa dikatakan pengambilan keputusan tersebut telah tepat. karena keputusan tersebut telah mengakomodir atau memuaskan semua pihak dan akan tercipta lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman
- Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Kesulitan tentu ada dalam suatu pengambilan keputusan dilema etika. beberapa kesulitan tersebut adalah :
1. dalam pengambilan keputusan, terkadang tidak sepenuhnya melibatkan guru. padahal dalam proses pembelajaran seorang guru terlibat langsung dengan murid sehingga akan banyak ditenukan masalah dan kendala dalam setiap pengambilan keputusan.
2. Tidak semua warga sekolah mau berkomitmen untuk menjalankan keputusan bersama.
3. sistem pendidikan yang membuat guru terkadang mengambil keputusan yang tidak tepat, seperti seorang murid yang diharuskan mendapatkan nilai di atas KKM di sebuah pelajaran bila tidak dia tidak boleh naik kelas, padahal siswa tersebut unggul di mata pelajaran lain dan mendapat nilai sangat tinggi di atas KKM. sehingga disini seorang guru harus memberikan nilai di atas KKM supaya siswa tersebut bisa naik kelas.
- Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Bila sebuah keputusan yang di ambil sudah memenuhi 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan,maka bisa dikatakan akan sangat mempengaruhi pengajaran yang memerdekakan murid. ketika sebuah keputusan sudah tepat maka sudah bisa dikatakan keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid. sehingga murid mampu berkembang dengan bakat dan minat belajar mereka. mereka juga akan mampu mengembangkan potensi mereka menjadi lebih baik. bila pengambilan keputusan tidak tepat maka siswa akan terjebak dalam sebuah sistem pendidikan yang baku yang mengarahkan siswa ke satu jalan yang sama.
- Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Dalam Setiap keputusan akan selalu ada konsekuansi yang akan terjadi. bila seorang guru membuat keputusan yang memerdekakan dan berpihak kepada murid maka dapat dipastikan murid-murid tersebut akan belajar menjadi orang-orang yang merdeka, kreatif, inovatif dalam mengambil keputusan untuk masa depan mereka sendiri. murid akan berkembang dan juga akan membawa perubahan yang baik untuk bangsa ini dimasa yang akan datang. dan bila guru sebagai penmimpin pembelajaran melakukan sebuah keputusan yang tidak tepat , yang tidak berpihak kepada murid, tentu akan menjadi sebuah bencana bagi seorang murid, murid akan merasa diperlakukan tidak adil, akan ada trauma bagi murid sehingga tidak semangat dalam belajar. semoga sebagai seorang guru, kita mampu membuat keputusan-keputusan yang bijak sehingga mampu mempengaruhi kehidupan murid-murid kita di masa depan.
- Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Berikut beberapa kesimpulan yang bisa saya uraikan
1. Menjadi guru yang mampu mengambil keputusan efektif
tentunya tidak terlepas dari pengaruh dan pandangan Ki Hajar Dewantara yakni
sistem among dan juga Pratap Triloka. Guru harus mampu menjadi teladan bagi murid, guru harus bisa bekerja sama dengan murid dalam proses pembelajaran dan guru harus mampu memberi dorongan agar murid bisa mengembangkan bakat dan potensi yang ada dalam diri murid.
2. Pengambilan keputusan
harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan
mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being).
3. untuk menghantarkam murid agar merdeka belajar maka pengambilan keputusan oleh guru harus mempunyai kesadaran penuh (mindfulness)
4. seorang guru dalam lingkungan sekolah tentunya akan mengalami banyak studi kasus dilema etika atau bujukan moral sehingga diperlukan panduan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan agar mampu menghasilkan sebuah keputusan yang sangat tepat yang berpihak kepada anak juga mewujudkan merdeka belajar.
Demikian koneksi antar materi 3.1 yang saya rangkum berdasarkan pertanyaan pemantik yang diajukan. semoga ini bisa menambah wawasan para sahabat yang membaca blog saya.
dalam penulisan koneksi antar materi di atas, tentu masih ada kesalahan dalam tulisan saya, sahabat pembaca boleh mengkoreksinya dan juga memberikan saran dan kritik yang membangun.
saya akhiri wabillahi taufik wal hidayah
assalamualaikum wrwb.